Multitasking Vs Single Tasking

Multitasking, satu kata yang semakin sering kita dengar saat ini. Banyak orang dengan bangga mengatakan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas yang menggunung dengan cara multitasking. Benarkah demikian? Mana yang lebih bagus Multitasking Vs Single Tasking

Istilah multitasking awalnya berasal dari industri komputer. Multitasking didefinisikan sebagai kemampuan microprocessor untuk mengerjakan beberapa tugas secara bersamaan. Definisi multitasking dalam kehidupan sehari-hari adalah mengerjakan beberapa tugas sekaligus dalam waktu yang sama.



Logikanya adalah jika ada 10 tugas dan tiap tugas memerlukan waktu 10 menit maka dibutuhkan 100 menit untuk menyelesaikan semua tugas ini. Jika kita dapat melakukan 2 pekerjaan secara bersamaan maka waktu yang dibutuhkan hanya 50 menit, WOW, hal ini berarti meningkatkan produktivitas sebanyak 50%. Logika inilah yang mendorong orang-orang untuk melakukan tugas secara multitasking. Orang yang bisa melakukan multitasking akan disebut orang yang hebat.

Namun apakah benar kita dapat melakukan multitasking? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus memahami bagaimana cara otak kita bekerja. Otak kita secara natural hanya dapat mengerjakan satu tugas di satu waktu atau tidak bisa melakukan 2 atau lebih tugas secara bersamaan dengan seluruh kekuatan otak.

jika kita mengerjakan beberapa tugas secara bersamaan atau yang sering kita sebut multitasking, yang sebenarnya terjadi adalah otak kita berpindah dari satu tugas ke tugas yang lain/switch tasking.

Manakah yang lebih produktif, bekerja secara switch tasking atau single tasking. Saat Switch tasking, otak kita akan membutuhkan waktu tertentu untuk memulai suatu tugas, kemudian ada periode waktu tertentu yg diperlukan otak untuk berpindah ke tugas lainnya, lalu otak akan membutuhkan waktu lagi untuk memulai tugas yang baru tersebut.

Analoginya adalah sama seperti kita naik mobil, menginjak gas kemudian menginjak rem, kemudian menginjak gas lagi kemudian rem lagi dan demikian seterusnya. Dengan demikian, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan akan semakin banyak.

Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang melakukan switch task, memiliki produktifitas 40% lebih rendah daripada orang yg melakukan single tasking. Orang yg melakukan switch task juga dapat menimbulkan mental blok yang dapat memperlambat kerja otak.

Hasilnya adalah orang-orang yg melakukan multitask akan memiliki produktifitas yang lebih rendah sehingga jika kita disuruh untuk memilih maka sebaiknya kerjakan pekerjaan yang memerlukan kemampuan otak secara maksimal secara single task sehingga kita dapat memiliki produktifitas yang lebih tinggi.

“ People don’t multitask because they’re good at it. They do it because they are more distracted.” – David Sanbonmatsu

Berikut adalah tools untuk mengetahui berapa waktu yang diperlukan untuk berpindah dari satu tugas ke tugas yang lain.

[follow id=”Rendipeterson” ][/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]


2 thoughts on “Multitasking Vs Single Tasking”

  1. jeans.esparanci

    Tengkyu ko peter! Nice articel! Out of ordinary!
    Sekalian mau diskusi, biasanya tmn2 sy mengatakan bahwa contoh multitasking adalah seperti ini : ketika saya sedang berbicara dengan si A dan ada suara berita di radio, maka si A akan mendengarkan apa yang saya omongin sekaligus mengetahui berita apa yg sedang ada di radio. Nah apakah itu memang bs berkaitan dgn istilah multitasking yg disampaikan di artikel di atas?

    Thanks.

    1. Betul, teman Jeans yang sedang berbicara dengan Jeans dan mendengarkan radio, biasanya yang sering orang sebut multitasking (Meskipun sebenarnya yang terjadi adalah task switching).

      Thx

Comments are closed.