Utilisasi informasi dapat menjadi kunci sukses dalam kehidupan setiap orang. Salah satu contoh utilisasi informasi yang dapat mengubah hidup orang banyak adalah peristiwa Gold Rush di California.
Di Januari 1848, James W Marshall menemukan bongkahan emas saat mengerjakan bangunan untuk John Sutter di American River. Marshall dan John Sutter segera mengetes apakah ini adalah bongkahan emas asli. Hasil tes membuktikan bahwa ini adalah emas asli. Rumor penemuan emas ini mulai merebak. Bulan Maret 1848, penemuan ini ditulis di koran. Awalnya banyak orang bersikap skeptis akan berita ini, namun Sam Brannan membuat kehebohan saat ia berkeliling kota dengan membawa emas yang dia temukan.
Tahun 1849, Gelombang Gold Rush dimulai. Banyak penduduk Amerika yang menjual rumahnya, meninggalkan pekerjaan mereka, untuk pergi menjadi penambang emas di California. Ledakan penduduk terjadi di kota San Fransisco dari 800 penduduk di 1848 menjadi lebih dari 100.000 penduduk di 1849.
Satu informasi bahwa California kaya akan emas telah mengubah hidup banyak orang.
Di masa lalu, tantangan yang dihadapi adalah kelangkaan informasi. Informasi merupakan sesuatu yang mahal dan berharga sehingga hanya sekelompok orang yang dapat memperoleh informasi.
Di masa kini, sangat banyak informasi yang tersedia secara online. Berikut adalah informasi jumlah informasi online yang dibuat setiap 1 menit:
- 48 jam video diupload oleh pengguna Youtube
- 571 website baru yang dibuat
- 100.000 tweet
- 694.000 search query di Google
- 695.000 status update di Facebook
- 200 juta email terkirim
“With so much information now online, it is exceptionally easy to simply dive in and drown” – Alfred Glossbrenner
Jumlah informasi yang sangat banyak dapat menimbulkan beberapa dampak negatif:
Less Attention Span
Bayangkan saat seseorang browsing di internet, berapa tab browser yang dibuka pada saat bersamaan. Melimpahnya informasi di dunia online, membuat orang menjadi multitasking atau melakukan beberapa pekerjaan secara bersamaan. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, orang akan terbiasa untuk berganti fokus secara cepat. Hasilnya adalah orang akan memiliki lebih sedikit waktu untuk fokus pada satu tugas/ Less Attention Span.
Fear of Missing Out (FOMO)
Definisi Fear of Missing Out (FOMO) dari JWT Intelligence adalah satu perasaan tidak nyaman yang diderita seseorang karena ada sesuatu yang terlewatkan mengenai aktifitas teman kita, apa yang dia tahu atau kepemilikan terhadap sesuatu yang lebih bagus daripada yang kita miliki.
FOMO dapat mengakibatkan seseorang takut untuk pergi ke restoran dan memesan makanan yang “salah” atau FOMO juga dapat mendorong seseorang melakukan pembelian sebenarnya tidak dibutuhkan, misalnya membeli smartphone terbaru, karena semua teman kelompoknya sudah memiliki smartphone terbaru itu. Hal ini terjadi karena penderita FOMO menerima tekanan sosial dan perasaan tidak ingin “berbeda” dari lingkungan.
Informasi dari social media mengenai teman-teman, justru memperparah FOMO, karena seseorang akan makin mudah tergoda untuk selalu mengecek social media karena merasa takut akan melewatkan sesuatu yang “menarik” dari teman-temannya.
Less Time to Procces Information
Ketersediaan informasi yang melimpah, justru membuat rasa lapar akan informasi makin meningkat. Akibatnya konsumsi akan informasi semakin meningkat, seseorang tidak hanya mengkonsumsi informasi yang “need to know” tapi juga informasi yang bersifat “nice to know”. Perilaku membaca bisa berubah menjadi skimming sehingga orang memiliki kecenderungan untuk tidak memproses informasi/ Less Time to Process Information.
Bagi marketer, informasi mengenai industrial landscape, customer behavior, brand awareness & brand image, akan sangat berguna untuk menyusun strategi marketing. Tantangan yang dihadapi oleh marketer adalah bagaimana memperoleh informasi yang dibutuhkan, bagaimana melakukan filtering terhadap informasi, ekstraksi informasi dan bagaimana menggunakan informasi untuk membuat strategi yang tepat dan relevan.
Penggunaan digital media memudahkan marketer untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Data mengenai calon konsumen dapat diperoleh melalui log in form di website. Tren mengenai pembicaraan tentang topik tertentu dapat diperoleh melalui penggunaan Social Media Monitoring Software, seperti Mediawave, Radian 6, dll.
Semakin banyak informasi yang dapat dikumpulkan, semakin mudah bagi marketer untuk melakukan micro segmentation, menciptakan personalized offer or treatment dan menggunakan predictive modelling framework.
Salah satu perusahaan yang menggunakan informasi untuk memenangkan persaingan adalah Target. Target adalah perusahaan discount store dengan revenue sebesar US$ 69,87 Billion di 2011. Target mengumpulkan informasi seperti, personal data (nama, alamat email), data demografi, history transaksi kartu kredit. Target juga melakukan analisa sejarah pembelian ibu hamil. Semua informasi itu diolah sehingga Target memiliki suatu sistem yang dapat mengeluarkan Pregnancy Score. Dari Pregnancy Score, Target akan mengirimkan kupon diskon untuk item khusus yang dibutuhkan oleh member Target di periode tertentu, misalnya di 20 minggu pertama, ibu hamil biasanya membeli supplemen untuk kalsium, magnesium dan zinc dalam jumlah banyak.Jadi Target mengirimkan kupon diskon untuk pembelian suplemen kalsium, magnesium dan zinc. Hasilnya, member target mendapatkan personalized offer yang sesuai dengan kebutuhan mereka sehingga Target dapat melakukan retensi pelanggan dan meningkatkan wallet share.
Bagaimana marketer melakukan utilisasi informasi secara tepat akan menjadi kunci sukses untuk memenangkan kompetisi di pasar. Apakah marketer di Indonesia siap untuk melakukan utilisasi informasi secara tepat?